Survei: Ojek Online Serap 18 Persen Pengangguran

943 views

Ojek online

Reaktor.co.id, Jakarta — Perusahaan transportasi online atau ojek online (ojol) menyerap 18 pengangguran di Indonesia.

Hal itu berdasarkan hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Perhubungan di lima kota –Jabodetabek, Bandung, Makassar, Surabaya, dan Yogyakarta– pada 4-7 Mei 2019.

Wirausaha yang menjadi pengemudi ojol justru yang terbanyak, yakni 44 persen, BUMN/swasta 31 persen, pelajar/mahasiswa 6 persen, dan ibu rumah tangga 1 persen.

Hasil survei juga menunjukkan, pekerjaan utama sebagai pengemudi ojol sebanyak 84,4 persen, pekerja BUMN/Swasta 6,5 persen, ibu rumah tangga 6,1 persen, pelajar/mahasiswa 6,5 persen, ASN 1,7 persen, wiraswasta 01 persen, dan lain-lain 1,1 persen.

Dari survei itu pula didapat bahwa para pengemudi mengendari motor sendiri sebanyak 91 persen, sewa 5 persen, dan milik orang lain 4 persen. (Kompas).

Sebelumnya, survei yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menemukan, kehadiran perusahaan aplikasi layanan on-demand Go-Jek secara efektif mengurangi pengangguran.

Go-Jek dinilai memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat. Tidak hanya itu, Go-Jek juga dipandang memberikan peluang kerja bagi masyarakat yang sebelumnya tidak bekerja.

Peneliti Lembaga Demografi FEB UI Paksi Walandauw mengatakan, ada dua kriteria mitra pengemudi Go-Jek yang muncul dari hasil survei LD FEB UI. Pertama, mereka yang pindah atau sebelumnya tidak memiliki pekerjaan lalu bergabung dengan Go-Jek. Kedua, mereka yang memanfaatkan Go-Jek sebagai usaha paruh waktu.

“Ada juga banyak orang yang sebelumnya tidak bekerja lagi, begitu punya kesempatan maka masuk ke Go-Jek. Atau mereka yang sebelumnya sudah punya motor daripada menganggur kemudian melihat peluang ini lalu bergabung dengan Go-Jek,” kata Paksi, Kamis (22/3/2018).

Dari survei tersebut, sebanyak 75 persen pengemudi Go-Jek merupakan lulusan SMA dan 15 persen merupakan lulusan perguruan tinggi.

Sebanyak 77 persen pengemudi merupakan berusia produktif antara 20 sampai 39 tahun. Sebanyak 65 persen pengemudi berstatus pekerja paruh waktu. Adapun 78 persen pengemudi memiliki tanggungan dua orang atau lebih.

“Go-Jek juga meningkatkan penghasilan dan pengeluaran mitra pengemudi serta kesejahteraan keluarga mitra pengemudi. Rata-rata pendapatan mitra pengemudi meningkat 44 persen sejak bergabung dengan Go-Jek, sementara pengeluarannya meningkat hingga 31 persen sejak bergabung dengan Go-Jek,” sebut Paksi.

Survei tersebut menyebut, rata-rata pendapatan mitra pengemudi penuh waktu sekitar Rp 3,48 juta per bulan atau 1,25 kali lipat dibandingkan rata-rata upah minimum di sembilan kota survei.

Akan tetapi, rata-rata pendapatan ini tidak bisa digeneralisasi kepada semua mitra pengemudi karena antara satu pengemudi dengan pengemudi lainnnya bisa berbeda-beda.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat adanya penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia sebanyak 530.000 orang menjadi 7,03 juta orang di periode Agustus 2016 (secara year on year).

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, salah satu faktor pendorong turunnya jumlah pengangguran yakni serapan tenaga kerja untuk ojek berbasis online cukup memiliki kontribusi ke penurunan jumlah pengangguran di Indonesia.*

 

Ojek Online Pengangguran transportasi

Related Post

Leave a Reply