Saat Kaum Milenial Mulai Melirik Profesi Pertanian

770 views

Petani milenial

Reaktor.co.id – Agroteknologi ternyata menempati urutan kedua, setelah Kedokteran, program studi (Prodi) paling diminati oleh calon mahasiswa yang mengikuti Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2019.

Hasil SBMPTN 2019 sendiri telah diumumkan oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) pada Selasa (9/7/2019).

Kemenristekdikti mendata, ada 10 Prodi bidang sains dan teknologi (Saintek) yang paling banyak diminati tahun 2019, yaitu:

  1. Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali (2.301 orang)
  2. Agroekoteknologi Universitas Brawijaya (Unibraw), Malang, Jawa Timur (2.202 orang)
  3. Pendidikan Dokter Universitas Hasanudin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan (2.111 orang)
  4. Agroteknologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Surabaya (1.956 orang)
  5. Kesehatan Masyarakat Unhas, Makassar Sulawesi Selatan (1.920 orang)
  6. Agroteknologi UPN Veteran Yogyakarta, DIY (1.884 orang)
  7. Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo, Jawa Tengah (1.836 orang)
  8. Teknik Kimia UPN Veteran Jawa Timur (1.751 orang)
  9. Peternakan Unibraw, Malang, Jawa Timur (1.734 orang)
  10. Pendidikan Dokter Universitas Jember, Jawa Timur (1.716 orang)

Sudah menjadi rahasia umum, seperti tahun-tahun sebelumnya, Prodi kedokteran masih menjadi pilihan yang paling banyak diminati calon mahasiswa (total 7.964 orang peminat untuk SBMPTN 2018).

Ada fenomena menarik untuk SBMPTN 2019 ini. Prodi agroteknologi ternyata termasuk favorit (total 6.042 orang peminat), berada di rangking kedua setelah Prodi kedokteran.

Fenomena ini tak terjadi di SBMPTN tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun 2018, misalnya, prodi bidang Saintek yang paling banyak diminati adalah kedokteran, farmasi, dan teknik informatika. Sedangkan SBMPTN 2017: kedokteran, teknik sipil, dan teknik informatika.

Apakah fenomena ini menyiratkan mulai terbitnya minat kalangan millennial (baca: kaum muda) untuk menekuni dunia pertanian?

Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, mengatakan, masuknya agroteknologi ke dalam kelompok prodi favorit di SBMPTN 2019 sejalan dengan visi Kemristekdikti untuk meningkatkan riset di bidang pangan.

“Ketahanan pangan, kesehatan dan kebencanaan masih menjadi tantangan bagi Indonesia, maka integrasi berbagai bidang ini menjadi penting dalam menghadapi era revolusi 4.0,” ujar Menteri Nasir, dalam situs resmi Kemristekdikti.

“Untuk itu perguruan tinggi harus berperan menciptakan inovasi teknologi pada bidang pangan, kesehatan dan kebencanaan yang dapat bermanfaat bagi rakyat Indonesia,” tambahnya lagi.

Kurikulum Agroteknologi

Prodi agroteknologi memberi pendidikan di bidang teknologi pengelolaan pertanian, baik dalam hal pemeliharaan ekosistem maupun peningkatan produksi pertanian. Riset-riset agroteknologi juga diarahkan untuk mengatasi permasalahan di bidang pertanian-pangan-hortikultura, perbenihan dan perkebunan.

Para lulusan Prodi agroteknologi kelak diharapkan mampu bekerja sebagai:

  1. Pelaku industri komoditas perkebunan, pangan, hortikultura, dan atau kehutanan;
  2. Pelaku industri perbenihan, pupuk, pestisida, sarana produksi pertanian, usaha industri rumah tangga berbasis pangan;
  3. Pelaku industri pakan, farmaka dan bioenergi;
  4. Konsultan profesional di sektor pertanian/perkebunan/lingkungan hidup;
  5. Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional; dan
  6. Fasilitator pemberdaya masyarakat dalam bidang pertanian, dan lain sebagainya.

Petani Millenial

Kehadiran Prodi agroteknologi, dalam kajian reaktor.co.id, sebenarnya sangat relevan dengan program ‘Gerakan Petani Millenial’ yang tengah digalakkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

Pemerintah melalui Kementan menargetkan sebanyak 1 juta orang bergabung ke dalam ‘Gerakan Petani Milenial’ tersebut. Dewasa ini sudah terdata sebanyak 500.000 orang telah mengikuti gerakan dahsyat yang bersendikan perpaduan antara sumber daya manusia para pemuda usia produktif dan sumber daya dukung alat mesin pertanian berteknologi canggih ini.

Diinisiasi oleh Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman, gagasan brilian yang bertajuk ‘Petani Millenial’ itu merujuk pada dua kata, yakni ‘petani’ yang menunjuk pada mereka yang aktivitas profesionalnya bergelut di dunia cocok tanam (pertanian) dan ‘millenial’ yang bermakna kaum muda.

Petani milenial (ilustrasi)

Kementan tengah mencari para millenial inovatif dan adaptif yang diharapkan mampu menjadi faktor mendorong produktivitas pertanian nasional dalam mewujudkan Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.

Mengapa kaum muda yang dibidik Kementan sebagai ujung tombak produktivitas pertanian? Mentan Amran, di berbagai kesempatan, memberikan argumentasinya.

Di satu sisi, banyak generasi muda tak tertarik untuk menggeluti sektor pertanian atau menjadi petani. Sebab, menjadi petani terkesan kotor dan harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan uang yang dinilai tidak seberapa.

Di lain sisi, Kementan terus berupaya meningkatkan produktivitas pertanian nasional dengan mengandalkan berbagai inovasi pertanian. Dan, inovasi pertanian yang secara intensif digalakkan oleh Kementan adalah penggunaan teknologi alat dan mesin pertanian (Alsintan).

Mentan menilai, wirausaha di sektor pertanian menuntut keterlibatan aktif dari kalangan pemuda untuk terjun langsung sebagai petani. Indonesia membutuhkan para petani yang mampu adaptif pada berbagai inovasi pertanian.

Mentan Amran Sulaiman mencoba Alsintan

Nah, dalam konteks keberadaan Alsintan berteknologi itu, Kementan mempersepsikan kalangan muda mampu cepat beradaptasi dan responsif pada setiap dinamika dunia pertanian moderen.

“Pemuda memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan pembangunan pertanian. Anak muda lebih mudah mengadopsi dan beradaptasi terhadap teknologi serta responsif pada perubahan. Karena itu, pemerintah akan terus menjalankan komitmennya untuk membekali anak muda yang berani turun ke sektor pertanian sebagai petani millenial,” ungkap Mentan.

Kementan sendiri mendefinisikan petani millenial sebagai 1939 Tahun atau petani yang tidak berada dalam range umur tersebut tetapi berjiwa millenial, tanggap teknologi digital, dan tanggap Alsintan. (AF)*

agroteknologi alsintan mentan petani milenial reaktor

Related Post

Leave a Reply